Best Thing I Never Had.

Really, i still don't get in "good" instead "goodbye" you've said to me.

Tepat dihari kau memintaku untuk mengangkatkan kakiku dari hidupmu.
Tepat dihari kau bersumpah takkan lagi membiarkanku masuk ke hidupmu,
mengganggu hari-hari tenangmu,
mengusik malam-mu, yang bahkan aku yakin, kau tak menemui tentram-mu sendiri.

Aku ingin menghiburmu, walau kutahu kau tak sedikitpun membutuhkannya.
Aku benar-benar mencintai seseorang,
yang tak pernah dapat mencintaiku.

Kutanamkan hidupmu di pagiku, berharap kau bisa memetikku di tengah malam heningmu.
Aku tak mau kau melewati hari-hari burukmu sendiri, tidak. Meskipun aku harus melintasi sang surya, agar dapat menyinari hari-hari kelammu.

Bukan, ini bukan masalah seberapa egoisnya diriku untuk sekedar dapat menyentuhmu,

Bukan.

Ini bukan hanya sekedar bagaimana jatuh bangunnya usaha-ku untuk sekedar menjamahmu,
membuat kau nyaman berada di sekitarku,

Atau setidaknya,
membuat kau menyadari, bahwa hanya akulah satu-satunya yang sampai detik ini terus berusaha untuk meyakinkanmu, bahwa, aku ada.

Tidak,
aku tak pernah menyesali kehadiranmu di hidupku. Lucu, memang, menyadari semuanya.

Resiko ini, yang telah mengantarkanku mengenal dirimu lebih dalam, ingin mencoba terus berada di sisimu, sebagai seorang sahabat, sekarang, tentu.

Aku mengutuki diriku sendiri, aku mengutuki sifatku yang tak kunjung padam. Sifatku yang arogan, mengesampingkan segalanya dibanding gengsiku, ya, maafkanku.

Aku berjanji, akan selalu menjadi orang pertama, yang ikut bahagia mendengar sukacitamu. yang ikut teriris dikala kau kehilangan arah. Aku akan tetap berada pada garis ini, sekalipun kau tak akan pernah menyadari kehadiranku lagi.

Sudah, jangan merasa terbebani akan diriku, jangan merasa bahwa aku sedang menunggumu. Tidak, aku tidak menunggumu untuk kembali. Tenanglah.

Terima kasih telah memberikanku pelajaran hidup satu lagi, melalui kacamata yang berbeda. Kacamata itu, yang dulu kau pandang sendiri, kini kupaham bagaimana rasanya.

No one ever did this to me, and i could swear, there nobody will. Cukup sudah perjalananku untuk urusan mencari kebahagiaan di atas derita yang seringkali insan lain agung-agungkan. Aku takkan pernah membiarkan diriku bermain di atasnya. Aku ingin melihatmu bahagia, itu sudah janjiku.

Bahagiamu, tentu deritaku. Tapi, peduli setan dengan kebahagiaanku. Kalaupun aku harus memilih jalan bahagiaku sendiri, aku tetap lebih memilih menderita di atas senyum bahagiamu yang tak kau temui hingga sekarang. Aku lebih memilih tenggelam dalam sang malam, agar cahayaku mampu terus menerangi sang fajarmu, mengarungi lembah kehidupanmu, walaupun itu bisa membunuhku perlahan.

because i've loved you at your darkest. and none of beauty things can replace your dark at my life.

Tetaplah indah pada diam-mu, tunggulah hingga sang fajar datang menjemputmu, karena kini kumengerti, bahwa kau lebih indah, dari jutaan senja yang kukagumi.

Komentar