Bertempur dengan Rasa.

Kita tak akan pernah tau kapan terakhir kita bisa mengatakan selamat tinggal.

Selamat tinggal dengan seseorang yang pernah menjadi nafas dan nadimu. Seseorang yang pernah melayang-layang di pikiranmu.

Bahagia. Bahagia tercipta bukan tanpa sebab. Bahagia hadir bukan tanpa diundang. Tetapi, mengapa kebahagiaan dapat pergi tanpa pernah bisa kumenyangkalnya?

Kupandangi langit malam ini. Sama gelapnya saat dia memutuskan untuk mencari kebahagiaan pada perempuan lain. Lalu tanpa sadar, langitku kembali berbintang. Langitku kembali menemukan pantulan keindahan yang sudah lama menghilang dari senyumanku. 

Aku terus menghitung bintang. Aku terus sibuk mengagumi cahaya bintang. Bintang yang berkilau itu, melupakanku dari masalah hidupku. Membuat aku lupa bagaimana rasanya pernah kelabu. 

Namun aku melupakan satu hal, bahwa cahaya bintang itu hanyalah pantulan. Cahaya itu mulai meredup, cahaya itu mulai hilang.

Kemana kau cahayaku? Di saat aku melupakan derasnya badai, di saat ku megacuhkan pilunya kelabu, kau pun ikut meredup.

Aku tak berharap cahaya mu kembali, jika hanya mengundang jutaan pantulan palsu datang kembali. 

Biarkan aku tegak di sini, biarkan aku menelan segala kerapuhanku ini. Setidaknya, sampai aku bisa melupakan, indahnya menghitung bintang. 

Komentar