Dimana Pelangiku?

Aku tak pernah percaya akan karma, hingga aku merasakannya sendiri. 

Siang ini, aku tak pernah bermimpi hari ini akan datang. Tak pernah kuharapkan hujan ini datang. 

Hujan. Apakah ini pertanda baik dariMu? Ataukah hujan ini adalah petunjuk dari segala firasatku ini? Entahlah. Aku tak pernah ingin mengetahuinya. 

Segala memori. Segala kenangan. Segala pertanda. Segala tentangmu tiba-tiba datang begitu saja. Tak pernah ku undang. 

Senyummu, wangi tubuhmu, belai indahmu, hangat dirimu, manisnya hari-hari kita. Kupikir kau tak akan pernah lupa. 

Aku memang tak berharap lebih banyak darimu. Aku tahu semua orang yang datang pada akhirnya hanya akan menjadi kenangan. Tapi bisakah aku menjadi kenangan terbaik untukmu? 

Kau tak pernah salah. Tak pernah ada yang salah dari perpisahan, begitupun pertemuan kita. Kita dipertemukan pada garis itu. Semua orang pernah menjadi orang yang tepat bagi setiap orang pada masanya masing-masing. Aku ataupun engkau, tak pernah bisa melawan masa itu. 

Berubah? Entahlah. Mungkin bukan aku atau engkau yang telah berubah, tetapi masanya yang sudah habis. 

Semua ini hanya titipan. Diriku, engkau, bahkan hingga debu di ujung jalanpun tak pernah abadi. 

Lagi-lagi aku hanya bisa bertahan di balik rintik hujan. Menanti, apakah yang datang kepadaku pelangi yang indah, atau petir yang tak pernah berujung?

Komentar